Jumat, 04 Jul 2025
Kamis, 13 Maret 2025 01:01 WIT heyitsgwenie
The Conclave bercerita tentang "konklaf"
seperti judulnya yang artinya pertemuan
Dewan Kardinal tertutup yang diadakan untuk memilih seorang Sri Paus (Pemimpin
tertinggi Gereja Katolik Roma), tapi jangan berharap film ini akan mengangkat
tema tentang hal religius namun justru mengangkat intrik "politik" di
dalam pemilihan Paus. Dimulai dari ambisi dari para calon kandidat Paus,
bagaimana cara mereka "mengampanyekan" diri, rahasia-rahasia kelam di
dunia keuskupan, serta sisi yang menunjukkan bahwa para Uskup dan Paus itu
sendiri adalah bukan manusia suci yang tidak luput dari dosa dan hal duniawi
lainnya.
- Review : The Conclave (2024)
- Dukungan penuh dari Orang tua Bagi Karier Jessica Mila
- Ahli Kejiwaan pribadi Sebut Marshanda sungguh Keterlaluan
Pasca meninggalnya Sri Paus meninggal akibat
serangan jantung menyebabkan harus segera ditentukannya pengganti Sri Paus yang
baru, dan berkaitan hal tersebut Kardinal Thomas Lawrence langsung menjabat
sebagai Dekan Dewan Kardinal untuk dilaksanakannya "Konflaf".
Adapun pada Konklaf harus terdapat minimal 75
suara untuk dapat terpilih menjadi Sri Paus, dan permasalahannya bukan hanya
tentang siapa yang memiliki suara terbanyak dan terkecil, namun bagaimana semua
hal terkuak dan menunjukkan setiap celah dari para kandidat yang dinilai tidak
pantas untuk menjadi Sri Paus. Konklaf tersebut tidak hanya berlangsung satu
kali namun berkali-kali karena dalam setiap pelaksanaannya tidak memenuhi
jumlah suara minimal, dan penonton secara tidak langsung diajak untuk masuk ke
dalam dunia "politik" untuk pemilihan Sri Paus tersebut. Dimulai dari
dinamika perolehan suara dari masing-masing kandidat, dan hasil konklaf itu
sendiri.
Terdapat beberapa ucapan dari Kardinal Lawrence
yang justru memiliki benang merah dengan hasil konklaf.
“If there was only certainty and no doubt, there
would be no mystery, and therefore no need for faith”
Gongggg banget sih sama endingnya, tapi after all The Conlave pantes banget dikasih rating 9/10.
The Conclave berhasil memperoleh 8 nominasi Oscar
di antaranya Actor in a Leading Role (Ralph Fiennes), Actress in a Supporting
Role (Isabella Rossellini), Best Editing (Nick Emerson), Best Production Design
(Suzie Davies; Set Decoration: Cynthia Sleiter), Best Adapted Screenplay (Peter
Straughan), Best Original Score (Volker Bertelmann), dan Best Costume Design
(Lisy Christl). Namun harus cukup puas dengan membawa pulang Best Adapted
Screenplay.
Oh iya, salah satu poin unggulan dari film ini
bukan hanya akting epik dari Ralph Fiennes, namun juga sinematografinya yang bagus banget tapi justru ga masuk nominasi
Oscar.
Meskipun tidak berhasil membawa banyak piala Oscar,
namun The Conclave akan menjadi salah satu film terbaik yang pernah ada (ps : Oscar
2025 sedikit kontroversi juga karena “Anora” dinilai tidak layak untuk
memborong banyak piala Oscar).